Kasus Campak di Sumut Tembus 362, Vaksinasi Dikebut untuk Tekan Wabah

1 week ago 27

RAKYAT MERDEKA — Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) melaporkan 1.191 kasus suspek campak dan rubela sepanjang Januari hingga Juli 2025. Dari jumlah tersebut, 362 kasus dinyatakan positif campak dan 10 kasus positif rubela.

“Total 362 kasus positif campak dan 10 rubela terkonfirmasi dari awal tahun hingga Juli,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Sumut Faisal Hasrimy melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Novita Saragih, Minggu (3/8/2025).

12 Wilayah Alami Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak

Sebanyak 12 kabupaten/kota di Sumut telah menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak. Medan mencatat jumlah tertinggi dengan 159 kasus, disusul Deli Serdang (101), Tebing Tinggi (16), Tapanuli Selatan (9), Dairi (7), dan Padanglawas (7). Daerah lain yang juga melaporkan KLB adalah Tapanuli Tengah (6), Samosir (4), Padanglawas Utara (3), Mandailing Natal (3), Binjai (2), dan Pematang Siantar (2).

Dinas Kesehatan Sumut juga telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk melacak kontak erat dan menemukan kasus tambahan di sekitar tempat tinggal penderita.

Lokasi penelusuran mencakup lingkungan rumah, sekolah, hingga tempat umum lainnya.

Upaya koordinasi juga dilakukan dengan dinas kesehatan kabupaten/kota terdampak, pihak sekolah, tokoh masyarakat, dan institusi terkait lainnya. Selain itu, survei cepat untuk menilai cakupan imunisasi juga digelar guna merancang strategi imunisasi lanjutan.

Cakupan Imunisasi Masih Rendah

Imunisasi Measles-Rubella (MR) merupakan bagian dari imunisasi dasar lengkap (IDL). Namun hingga 31 Juli 2025, cakupan IDL di Sumut baru mencapai 38,66% dari target 58%, menempatkannya pada peringkat lima secara nasional.

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi, 56% dari kasus campak terjadi pada anak-anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Meski sudah divaksin, anak tetap bisa terinfeksi jika imunitas menurun atau belum terbentuk sempurna, terutama ketika berada di lingkungan dengan paparan virus tinggi.

Novita menegaskan bahwa puskesmas memiliki tanggung jawab dalam surveilans aktif, deteksi dini, dan penanganan awal. Sementara rumah sakit menangani kasus lanjutan, termasuk komplikasi yang mungkin muncul. Fasilitas kesehatan swasta juga diharapkan aktif dalam pelaporan dan penanganan kasus suspek.

Kurangnya informasi dan maraknya hoaks terkait vaksin masih menjadi kendala besar. Oleh karena itu, edukasi masyarakat dan peran aktif media dalam menyampaikan informasi yang benar sangat dibutuhkan.

Strategi “Jemput Bola” dan Imunisasi Nasional

Sebagai bagian dari upaya percepatan imunisasi, Dinas Kesehatan Sumut menjalankan program imunisasi kejar untuk anak-anak yang belum lengkap imunisasinya. Mulai 4–9 Agustus 2025, program Pekan Imunisasi Nasional (PENARI) akan digelar untuk memberikan vaksinasi secara massal di berbagai titik.

Program ini bertujuan menutup celah kekebalan pada kelompok anak yang belum terlindungi secara optimal dan menghindari meluasnya penyebaran penyakit.

Keberhasilan program imunisasi sendiri sangat bergantung pada keterlibatan semua pihak. Yang mana mulai dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, sekolah, hingga organisasi sosial seperti PKK dan media massa.

Misalnya saja PKK, yang mana berperan dalam mengedukasi masyarakat di tingkat desa, sementara media membantu meluruskan informasi keliru.

“Kolaborasi semua pihak sangat penting dalam mencegah wabah campak dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi lainnya,” tegas Novita.

Read Entire Article
Analisa | Local | Menit Info | |