
MENIT.CO.ID – Tiga anggota TNI Angkatan Laut (AL) yang diduga terlibat dalam kasus penembakan bos rental mobil di rest area Tol Jakarta-Merak menjalani sidang dakwaan hari ini.
Dua dari tiga terdakwa dijerat dengan Pasal 340 KUHP terkait pembunuhan berencana.
Sidang berlangsung di Pengadilan Militer II-08 Jakarta pada Senin (10/2/2025). Ketiga terdakwa hadir dalam persidangan dengan mengenakan seragam dinas.
Mereka adalah Kelasi Kepala Bambang Apri Atmojo, Sertu Akbar Adli, dan Sertu Rafsin Hermawan.
Oditur Militer Mayor Gori Rambe menyatakan bahwa tindakan para terdakwa telah memenuhi unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
“Untuk terdakwa satu dan dua, dikenakan Pasal 340 KUHP juncto Pasal 55 Ayat 1 KUHP sebagai dakwaan primer, serta Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 Ayat 1 KUHP sebagai dakwaan subsider,” ujarnya dalam persidangan.
Sementara itu, terdakwa ketiga didakwa melanggar Pasal 480 KUHP tentang penadahan. Dakwaan ini juga turut dikenakan kepada terdakwa pertama dan kedua.
Kronologi Penembakan Bos Rental Mobil di Rest Area
Peristiwa ini bermula dari kasus penggelapan mobil yang dilakukan oleh seorang pria bernama Ajat Supriatna (AS), yang menyewa mobil Honda Brio dengan nomor polisi B-2696-KZO milik IA, seorang pemilik usaha rental mobil.
Alih-alih mengembalikan kendaraan tersebut, AS justru menyerahkannya kepada kelompoknya.
Mobil itu kemudian jatuh ke tangan seorang anggota TNI AL. Pemilik kendaraan, IA, yang masih bisa melacak mobilnya melalui GPS, menemukan posisi terakhir mobilnya di Pandeglang, Banten.
Pada Kamis (2/1), IA bersama rekannya menelusuri lokasi kendaraan tersebut dan menemukannya di rest area Km 45 Tol Tangerang.
Saat hendak mengambil kembali mobilnya, terjadi perselisihan yang berujung pada penembakan.
Insiden ini menyebabkan IA meninggal dunia, sementara seorang rekannya, R (59), mengalami luka-luka.
Tiga oknum anggota TNI AL yang diduga terlibat dalam kejadian ini berasal dari Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan satu orang lainnya bertugas di kapal tanker milik TNI AL.
Pihak TNI AL menegaskan bahwa tindakan tegas akan diberikan kepada anggotanya yang terbukti bersalah.
Saat ini, Pengadilan Militer II-08 Jakarta tengah mendalami kasus tersebut, dan proses persidangan dipastikan akan berlangsung secara terbuka.