Makna dan Filosofi Mendalam Gelang Tridatu yang Wajib Kamu Ketahui

4 days ago 8
Gelang Tridatu

MENIT.CO.ID – Belakangan ini, gelang Tridatu menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet di media sosial. Gelang yang terbuat dari benang dengan warna merah, hitam, dan putih ini, sudah lama dikenal sebagai cendera mata khas Bali. Mungkin banyak yang baru tahu tentang nama gelang ini, padahal gelang Tridatu sudah menjadi bagian dari identitas budaya Bali.

Gelang ini biasanya ditemukan di Bali dan sering dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh. Seiring waktu, gelang Tridatu tidak hanya dikenakan oleh orang Bali, tetapi juga oleh orang-orang dari luar Bali, bahkan oleh mereka yang tidak beragama Hindu sekalipun. Keunikan warna dan desainnya membuat gelang ini banyak diminati oleh berbagai kalangan.

Namun, gelang Tridatu sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam secara spiritual bagi umat Hindu, khususnya di Bali. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin belum kamu ketahui mengenai gelang Tridatu.

Apa Itu Gelang Tridatu?

Secara harfiah, kata *Tridatu* berasal dari dua kata, yaitu *Tri* yang berarti tiga dan *Datu* yang berarti elemen atau warna. Jadi, Tridatu merujuk pada tiga elemen yang diwakili oleh tiga warna benang: merah, hitam, dan putih.

Tiga warna ini memiliki makna spiritual yang sangat mendalam. Warna merah melambangkan kekuatan Dewa Brahma, sang Pencipta. Hitam mewakili Dewa Wisnu, sang Pemelihara, sedangkan putih melambangkan kekuatan Dewa Siwa, sang Pelebur. Selain itu, gelang Tridatu juga mengandung filosofi *Tri Kona*, yang mencerminkan tiga tahapan kehidupan manusia: lahir, hidup, dan mati.

Benang yang digunakan untuk membuat gelang ini juga sudah melalui ritual tertentu. Oleh karena itu, bagi umat Hindu, gelang Tridatu dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang berasal dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yaitu Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, pemakai gelang Tridatu diharapkan senantiasa mengingat Tuhan dalam setiap langkah hidupnya.

Asal Mula Gelang Tridatu

Gelang Tridatu pertama kali diberikan sebagai bentuk anugerah kepada orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Gelang ini diyakini mampu menjauhkan pemakainya dari hal-hal negatif dan marabahaya, serta memberikan perlindungan. Oleh karena itu, gelang ini menjadi simbol perlindungan dan petunjuk untuk tetap berada di jalan yang benar.

Awalnya, gelang ini dibagikan kepada orang yang datang ke Pura Dalem Ped di Nusa Penida. Hingga kini, gelang Tridatu masih diberikan kepada umat yang datang ke berbagai Pura di Bali.

Filosofi Penggunaan Gelang Tridatu dalam Agama Hindu

Gelang Tridatu identik dengan identitas umat Hindu. Namun, seiring berjalannya waktu, gelang ini juga digunakan oleh masyarakat non-Hindu, meski tanpa melalui proses sakralisasi. Di banyak toko oleh-oleh, gelang Tridatu dijual sebagai aksesori yang diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Namun, bagi umat Hindu, penggunaan gelang Tridatu memiliki makna lebih mendalam. Gelang ini dianggap sebagai pelindung diri dan penolak bala. Menurut I Nyoman Dayuh, Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar, warna merah, hitam, dan putih pada gelang Tridatu melambangkan Trimurti, tiga dewa utama dalam agama Hindu. Merah mewakili Dewa Brahma, hitam melambangkan Dewa Wisnu, dan putih adalah simbol Dewa Siwa.

Selain itu, warna-warna tersebut juga menggambarkan unsur-unsur alam. Merah melambangkan api, hitam melambangkan air, dan putih melambangkan udara. Ketiga unsur ini harus disatukan dan seimbang, baik di alam semesta maupun dalam diri manusia. Sehingga, keseimbangan tersebut diharapkan tercapai dalam kehidupan sehari-hari.

Proses Sakralisasi Gelang Tridatu

Bagi umat Hindu, gelang Tridatu tidak hanya sekedar aksesori, tetapi melalui proses sakralisasi yang melibatkan doa dan puja mantra di pura. Gelang ini dipakai dengan tujuan untuk memperoleh perlindungan dan kedamaian. Penggunaannya pun tidak sembarangan, biasanya hanya digunakan selama 3 hingga 4 bulan, yakni selama periode Sasih Kaenem sampai Kasanga, yang dianggap sebagai waktu penuh potensi bencana dan penyakit.

Penting untuk dicatat bahwa gelang Tridatu yang sudah melalui proses sakralisasi seharusnya dipakai sampai putus dengan sendirinya. Jika gelang tersebut sudah terlalu banyak dan mengganggu, sebaiknya dilepaskan dengan cara yang benar secara spiritual, misalnya dengan melarungnya ke laut (dilina).

Dengan memahami makna dan filosofi di balik gelang Tridatu, kita dapat lebih menghargai benda ini sebagai simbol spiritual yang bukan hanya sekedar aksesori semata. Gelang ini memiliki nilai yang mendalam, tidak hanya bagi umat Hindu, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya Bali yang patut dilestarikan.

Read Entire Article
Analisa | Local | Menit Info | |